Makalah | Filsafat Moral Mahatma Gandhi


Latar Belakang Masalah
Studi etika mencakup berbagai macam persoalan, tidak hanya persoalan lokal, melainkan juga persoalan yang ada di muka bumi ini. Persoalan yang baru saja tuntas yaitu perbedaan antara hak manusia satu dan manusia yang lain, tampaknya belum benar-benar tuntas. Diindikasikan bahwa masih ada saja persoalan tentang rasisme, etnis, dan suku. Indonesia yang plural ini sangat rawan terhadap masalah yang seperti ini, mengingat Indonesia tidak hanya plural dari segi budaya melainkan juga agama. Banyak perbedaan-perbedaan manusia mulai dari fisik, ekonomi, budaya, ekonomi, dan politik. Dalam perbedaan tersebut juga terdapat berbagai kepentingan, yaitu kelompok tertentu yang memiliki pemikiran yang berbeda dengan kelompok lainnya.
Berkaitan dengan pemikiran filsafatnya Gandhi yaitu dalam bidang etika. Gandhi menawarkan secara implisit bahwa perasaan tentang berbagai prasangka atas perbedaan dan prasangka akan adanya kelompok yang dikorbankan dan dirugikan harus dituntaskan. Hal ini merupakan tujuan dari nir-kekerasan. Jika dilihat dari beberapa konflik yang terjadi di Indonesia, seakan-akan terjadi monopoli kebenaran oleh beberapa kelompok masyarakat, entah itu dari ormas agama atau ormas umum, seperti Forum Betawi Rempug. Berbagai ormas tersebut memiliki, yang notabene, merupakan hak istimewa rakyat atau masyarakat untuk menentukan jalan hidupnya sendiri. Namun, seringkali dalam prakteknya membawa unsur-unsur kekerasan. Singkatnya memakai kekerasan untuk menyelesaikan masalah.
Pemikiran Gandhi dapat dijadikan bahan pelajaran untuk melihat lebih jauh lagi apa sebenarnya hak manusia dan mengapa manusia itu memiliki hak yang sama. Manusia sebagai makhluk individu sekaligus sosial dibahas lebih sempit lagi dalam ajaran Gandhi. Ajaran Gandhi merupakan ajaran yang praktis namun juga filosofis karena menyangkut kepada hal-hal dasar yang terdapat dalam diri manusia. Ajaran Gandhi diharapkan bisa dipelajari untuk menyelami lebih dalam lagi hakikat hak dan hakikat hidup manusia. Dalam ajarannya Gandhi juga memercayai bahwa adanya Tuhan adalah dalam kebenaran, dengan ajaran tersebut maka diharapkan juga tercapainya pemahaman kebenaran dan kebaikan.
Biografi Gandhi
zenhabits.com
zenhabits.com
Mohandas Karamchand Gandhi atau yang biasa disebut Mahatma Gandhi lahir di Porbandar, India pada tanggal 2 Oktober 1869 dari ayah bernama Karamchand Gandhi dan seorang ibu bernama Putlibai. Gandhi menikah pada umur 13 tahun dengan seorang gadis bernama Kasturbai Makanji. Sebenarnya Gandhi adalah seorang pengacara keluaran dari London, Inggris namun pada suatu hari ketika Gandhi menaiki kereta ia mendapat tindak ketidakadilan karena ia bukan orang kulit putih atau berkebangsaan Eropa, di sinilah mulai Gandhi berinspirasi dan bertekad untuk memerangi rasisme.
Pada perkembangannya Gandhi tidak hanya terlibat dalam kegiatan memerangi rasisme saja, melainkan juga bertekad memerangi penjajahan dan penindasan dengan memberikan doktrin nir-kekerasan (non-violence) yang merupakan inti ajarannya. Gandhi meninggal karena dibunuh oleh Nathuram Vinayak Godse seorang kasta Brahmana pada tanggal 30 Januari 1948 di Delhi pada saat ia berjalan untuk melakukan ritual doa pagi hari.
Ajaran Gandhi
Ajaran Gandhi merupakan ajaran yang sangat filosofis. Ia mengangkat tema-tema kemanusiaan sesuai dengan zaman yang digelutinya yaitu dalam masa penjajahan bangsa Inggris. Pada masa itu rasisme masih sangat kental sekali diindikasikan dengan pembedaan hak antara kulit putih dengan yang bukan berkulit putih. Di sini Gandhi melihat bahwa manusia memiliki hak yang sama dan ia mulai membangun perlawanan dengan pemikirannya yaitu tentang Nir-kekerasan dan Satyagraha.
Nir-kekerasan
Secara harfiah nir-kekerasan (non-violence) berarti “tidak membunuh”. Tetapi menurut Gandhi makna dari nir-kekerasan lebih dari sekedar itu bahkan memiliki makna yang universal yang membawa kepada ranah yang lebih tinggi dan tanpa batas. Ketika makna nor-kekerasan hanya diartikan sebagai “tidak membunuh” maka maknanya akan hilang.
Makna sebenarnya dari nir-kekerasan mencakup banyak makna diantaranya dapat diturunkan seperti bahwa seseorang tidak boleh menyerang orang lain dan tidak boleh memendam pemikiran yang jahat atau tidak mengenal belas kasihan terhadap musuh. Menurutnya hal ini bukanlah “seseorang yang engkau anggap sebagai musuh,” melainkan “seseorang yang barangkali menganggap dirinya adalah musuhmu.”
Nir-kekerasan juga berarti sebagai tindakan yang berangkat dari pemikiran bahwa suatu persoalan dapat diselesaikan dengan jalan yang lebih baik dibandingkan dengan kekerasan. Dengan jalan nir-kekerasan bukan berarti orang bersikap pasif yang bisa “diinjak-injak” oleh orang lain. Dalam hal ini orang harus bersikap aktif dengan cara, misalnya, melakukan demonstrasi, melakukan penolakan terhadap perbuatan yang mengarah kepada kejahatan, berpuasa, dan sebagainya. Tentunya dengan aturan main nir-kekerasan. Menurut teori nir-kekerasan jika kita diperlakukan tidak layak, dan kita menerimanya, bukan berarti kita setuju dengan perbuatan tersebut.
Manusia dan perbuatan yang dilakukannya merupakan dua hal yang berbeda. Perbuatan baik akan selalu mendapatkan penerimaan yang baik dan perbuatan buruk akan mendapatkan penerimaan yang buruk. Sementara, si pelaku perbuatan itu, apakah perbuatan itu baik atau buruk senantiasa pantas mendapatkan penghormatan serta belas kasih.
Lima Aksioma Tentang Nir-kekerasan Gandhi
1.    Nir-kekerasan mensyaratkan pemurnian dan pensucian diri sesempurna mungkin yang bisa diraih secara manusiawi.
2.    Kekuatan nir-kekerasan terletak pada kemampuan dan kerelaan, bukan sekedar kemauan, seorang penganut nir-kekerasan untuk menahan diri terhadap tindakan yang bisa menimbulkan kekerasan.
3.    Nir-kekerasan pasti bisa mengungguli kekerasan. Kekuatan yang lahir dari para penganut nir-kekerasan selalu lebih besar daripada kekuatan yang dihasilkan daripada penganut kekerasan.
4.    Nir-kekerasan tidak mengenal kekalahan. Akhir dari kekerasan adalah yang tak-terelakkan.
5.    Muara akhir dari nir-kekerasan adalah kemenangan yang pasti, jika istilah menang boleh diterapkan dalam nir-kekerasan. Sesungguhnya, ketika kita tidak memikirkan kekalahan, maka kita juga tidak memerlukan kemenangan.
Satyagraha
Secara harafiah Satyagraha berasal dari kata Satya yang diturunkan dari kata Sat yang berarti “ada”. “ada” dalam satyagraha berarti adanya kebenaran. Dalam pencarian kebenaran tidak ada tempat bagi ego atau kepentingan diri sendiri (self-interest). Oleh karenanya pencarian kebenaran harus didasarkan atas pengorbanan-diri. Menurut Gandhi, atas dasar Satyagraha, bahwa kebenaran itu adalah Tuhan dibandingkan Tuhan adalah kebenaran. Gandhi menulis “Aku tidak mengabdi pada apa pun dan siapa pun kecuali Kebenaran dan aku tidak menganjurkan hal apa pun kepada seseorang selain Kebenaran,” jadi dalam hal ini Gandhi bertolak dengan adanya kebenaran maka ada Tuhan di sana.
Menurut Gandhi kebenaran adalah penggambaran tepat tentang Tuhan. Maka tidaklah keliru apabila setiap orang mengikuti kebenaran menurut petunjuk dan cahaya yang mereka miliki. Bahkan, kewajiban setiap orang adalah mencari petunjuk tentang kebenaran. Kemudian apabila dalam perjalanan mencari dan mengikuti kebenaran itu seseorang melakukan kekeliruan tetapi ia tetap bersungguh-sungguh dengan Kebenaran, maka secara otomatis dia akan mengoreksi dirinya.
Sifat seseorang yang mengedepankan jalan satyagraha haruslah rela berkorban demi menegakkan kebenaran, ia berkorban bukan berarti tunduk atau tidak memiliki pengetahuan apa-apa melainkan ia mencari hal yang hakiki benar. Ia melakukan suatu hal atas dasar percaya bahwa hal yang dilakukan adalah benar dan tentunya tidak lepas dari ajaran nir-kekerasan.
Ajaran satyagraha tidak dapat dipisahkan dengan ajaran nir-kekerasan karena keduanya mendukung satu sama lain dan menghasilkan keutamaan yang seharusnya dijunjung tinggi oleh umat manusia. Orang yang berada dalam jalan satyagraha harus memiliki sikap tabah karena pencarian kebenaran tidak semudah menciduk air di laut, melainkan harus dengan proses yang kadang kala ditemukan berbagai hambatan berupa pengaruh keadaan dan sesuatu yang menggoda iman.
Kesimpulan
Kelebihan Etika Gandhi
1.      Kebenaran, kebaikan, keharmonisan, kedamaian dan sifat-sifat lainnya yang merupakan keutamaan adalah dambaan setiap manusia. Seluruh manusia hidup bertujuan untuk meraih keutamaan dan apabila dikaitkan dengan ajaran Gandhi bahwa inti dari ajaran Gandhi merupakan metode dalam peraihan semua hal tersebut dengan melakukan tindak tidak saling menyakiti satu sama lain, saling menghargai dan saling menghormati, maka keutamaan akan tercapai dengan baik. Ajaran Gandhi merupakan prinsip hidup manusia yang dapat diterima secara universal dan tidak satu pun ajarannya yang bertentangan dengan harkat dan martabat hidup manusia
2.      Ajaran Gandhi dapat menyebabkan serentetan akibat apabila doktrin nir-kekerasan dapat dilakukan oleh manusia. Akibat-akibat yang ditimbulkan merupakan akibat positif. Ajaran Gandhi yang memperlakukan saudara mau pun musuh sebagai orang yang kita cintai menyebabkan manusia yang diperlakukan tersebut menjadi luluh hatinya dan berbalik mencintai. Prinsip kedamaian dan rasa cinta inilah yang dapat membuat manusia paham tentang makna kehidupan sesungguhnya yaitu kebenaran yang diderivasi dari Tuhan.
3.      Ajaran Gandhi dapat memiliki pengaruh dalam segi sosial, politik, budaya dan ekonomi. Dengan memikirkan kembali tentang doktrinnya nir-kekerasan. Maka yang dipentingkan di sini bukanlah keegoisan pribadi melainkan kepentingan bersama yaitu kepentingan umat manusia. Kebijakan politik dapat dipengaruhi oleh prinsip ini, yang tadinya mungkin memiliki pembatasan dan diskriminasi hak sebagai manusia, menjadi manusia yang bebas dalam artian memahami makna kebebasan dari segi individu dan sosial. Dalam segi ekonomi, kemakmuran dapat diperoleh dengan nilai yang terdapat dalam nir-kekerasan yaitu rasa kasih sayang sesama manusia, dengan itu maka manusia akan berpikir kembali tentang kepentingan dirinya sendiri, manusia akan mulai memikirkan betapa pentingnya orang lain bagi kehidupan. manusia juga akan berpikir bahwa setiap manusia itu sama, harus diberi tempat tinggal, butuh makan dan keluarga.
Kekurangan Etika Gandhi
1.      Hal ini mungkin bisa disebut kekurangan dari etika yang diajukan oleh Gandhi yaitu nir-kekerasan. Pada taraf individual, misalkan, Gandhi sendiri yang dapat memiliki pemikiran dan pengalaman tentang nir-kekerasan, mungkin mudah dalam menerapkan kehidupan sehari-harinya, tetapi sangat sulit diterapkan bagi manusia secara keseluruhan meski pun di dalamnya terdapat kebaikan dan kebenaran mutlak yang oleh Gandhi dianggap berasal dari Tuhan. Karena setiap orang memiliki pengalamannya masing-masing, orang sebagai manusia biasa tidaklah sama dikarenakan pengalaman tadi. Ada orang yang menyimpan dendam begitu lama, ingin membunuh, ingin melakukan segala hal, keinginan berkuasa (seperti yang dikatakan Nietzsche), manusia tidak bisa menyangkal hal itu. Dalam kenyataan sulit sekali orang menerima bahwa jika ada anggota keluarga yang dibunuh maka langsung memaafkan si pembunuh dan menganggap bahwa yang harus dibenci adalah perbuatannya bukan orangnya. Juga tidak bisa disangkal bahwa perbuatan tidak akan terjadi apabila tidak ada orang yang melakukannya.
2.      Memang Gandhi bermaksud untuk mendatangkan kebaikan bagi umat manusia, tetapi dengan adanya konflik inilah maka seorang Mahatma Gandhi muncul. Jika tidak ada rasisme, mungkin sampai akhir hidupnya Gandhi tetap menjadi seorang pengacara. Di sini lah orang biasa mau pun Gandhi, tidak bisa lompat dari proses ini begitu saja. Secara rasional, kekerasan tidak dapat diterima sebagai sesuatu yang baik tetapi ada pada kenyataannya bahwa kekerasan juga diperlukan, seperti Karl Marx yang memiliki pemikiran bagaimana konflik itu dibuat sedemikian rupa agar masyarakat tetap dinamis dan berkembang. Konflik di sini juga bisa diartikan sebagai ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan. Dengan adanya konflik maka orang akan berusaha untuk menyelesaikannya dan menuju ke dalam hidup yang lebih baik.
Penerapannya di Indonesia
1.      Ajaran Gandhi dapat diterapkan di Indonesia, lebih lagi rakyat Indonesia yang memiliki keberagaman ini (baca: prural). Salah satu ajaran Gandhi yang cocok dengan filsafat Indoneisa adalah tentang pemujian Gandhi terhadap ajaran kebenaran adalah Tuhan. Di Indonesia, ajaran spiritual yang mencirikan khas asia sangat diapresiasi dengan baik dibandingkan dengan positivistik yang cenderung dikaitkan dengan kebarat-baratan, keruntutan berpikir, koherensi, dan korespondensi yang bersifat strict.
2.      Ajaran Gandhi dapat dijadikan dasar penyelesaian masalah dalam konflik antar umat beragama di Indonesia yang cenderung menghasilkan kekerasan dan kerusakan. Gandhi menemukan bahwa masing-masing agama memiliki prinsip yang sama dan mengandung doktrin nir-kekerasan juga. Atas dasar kesamaan inilah umat beragama dapat berpikir kembali tentang kesamaan yang dimiliki atas manusia dan agama.
3.      Tidak satu pun dari ajaran Gandhi yang bertentangan dengan martabat manusia, melanggar hukum, dan negara Indonesia. Bahkan, bisa jadi realisasi dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, salah satunya, dapat dimulai dengan menerapkan ajaran Gandhi. Keutamaan-keutamaan yang diutarakan Gandhi cocok dengan Kelima sila Pancasila, dengan konteks Tuhan, Manusia, Satu, Rakyat, dan Adil yang merupakan jenis dari keutamaan juga.
4.      Dalam sejarah bangsa Indonesia juga, India sudah memiliki hubungan politik yang baik, kebudayaan Hindu yang sudah diterima oleh bangsa Indonesia sejak berabad-abad yang lalu, dan juga sebagai bagian dari benua Asia memiliki kesamaan rasa atas, misal, bencana alam dan dijajah oleh bangsa lain.
Daftar Bacaan
Dear, John (ed.), 2007. Intisari Ajaran Mahatma Gandhi: Spiritualitas, Sosio-Politik dan Cinta Universal. Penerjemah: Siti Farida, Bandung: Penerbit Nusamedia
Hafidz, Masykurudin, 2006. Mahatma Gandhi: Dari Satyagraha Menuju Negara Kesejahteraan. http://www.islamemansipatoris.com/penulis.php?id=63
Wikihow, 2007. Follow Gandhi’s Principles. http://www.wikihow.com/Follow-Gandhi%27s–Principles
Mkgandhi, 2007. http://www.mkgandhi.org/conflict_reso/chap09.htm

Sumber : http://aprillins.com/2009/380/makalah-etika-filsafat-moral-mahatma-gandhi/

0 komentar:

Posting Komentar

Budayakan Komentar dong masbro...
jangan cuma Baca, Copas, Ngacir... hehe

  • Digg
  • del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Yahoo! Buzz
  • Technorati
  • Facebook
  • TwitThis
  • MySpace
  • LinkedIn
  • Google
  • Reddit
  • Netvibes
Info Radio Streaming
Radio Online Untuk Web Anda
www.kunjungisaja.ah
Butuh motivasi Hidup
Cerita Tentang Kehidupan Dan Cinta
Design by Blogger Tune-UpCopyright © 2011 Online Library | Makalah | e-Book | Powered by Blogger