Makalah | TARBIYAH SEBAGAI METODA PEMBERDAYAAN ALTERNATIF

1.      Pendahuluan

Sebelum Tahun 2000 mungkin hanya orang Bandung saja yang mengetahui ada ustadz muda yang ilmunya tak seberapa ini (begitu pengakuannya), namun  sekarang mungkin tak ada seorang pun di Indonesia yang tidak tahu siapa Abdullah Gymnastiar atau AA Gym
Sebelum pemilu 2004 mungkin hanya sekelompok orang saja yang mengenal Hidayat Nur Wahid. Namun sekarang  siapapun tahu Ketua MPR yang sederhana ini.  Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini begitu fenomenal di Tahun 2004 karena dapat menjadi ketua MPR dengan begitu dramatis.
Mungkin hanya sebagian orang yang Tahu Siapa Helvy Tiana Rosa yang dikomentari Taufik Ismail sebagai mujahid berpena.  Di kalangan umum Helvy mungkin kalah beken dengan Ayu Utami yang sama-sama penulis.  Tapi Helvy adalah pendiri Forum Lingkar Pemuda yang kini beranggotakan ribuan penulis dari pemula sampai senior dan juga ibunda dari Faiz bocah yang sudah bisa  bikin buku kumpulan puisi pada saat berusia 7  tahun
Hanya Sebagian kecil mungkin yang tahu Ary Ginanjar Agustian yang telah mebuat konsep ESQ (Emosi Spiritual Quetont). Konsep yang menggabungkan  antara kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual.
AA Gym, Pak Hidayat, Helvy dan Ary sepertinya berdiri sendiri dengan masing-masing komunitasnya, AA dengan Daaurut Tauhid nya, Pak Hidayat dengan PKS-nya , Helvy Tiana Rosa dengan FLPnya dan Pak Ary dengan ESQ nya. Namun bila dirunut benang merahnya, keempat orang tersebut berasal dari sebuah jamaah (baca komunitas) yang sama yaitu komunitas Tarbiyah. Komunitas yang selalu rindu untuk memperbaiki diri dan juga orang lain. Komunitas yang mempunyai  jargon “Nahnu Duat qobla kula syai “ ( Kami adalah dai sebelum menjadi apapun). Mungkin pertanyaan mengemuka , apa tarbiyah itu ? Bisakah dia digunakan sebagai metoda pemberdayaan?

2.      Dasar-dasar tarbiyah

Tarbiyah sering diartikan secara sederhana sebagai pendidikan. Tapi sebenarnya berdasarkan akar katanya , Tarbiyah mepunyai cakupan yang lebih luas dari pendidikan. Tarbiyah berasal dari kata :
    1. Ruba yang artinnya bertambah dan berkembang,
    2. Rabiy artinya dari kecil menjadi besar
    3. Rabba artinya memperbaiki, menangani urusannya, membimbing, memelihara dan menjaga
Imam Al Baidawi mencoba mendefinisikan tarbiyah sebagai menghantarkan sesuatu kepada kesempurnaan sedikit demi sedikit.
Menurut Dr Abd Rahman Al Bari tarbiyah memiliki unsur-unsur yang sangat esensial terhadap manusia yaitu :
a.       menjaga fitrah
b.      Menjaga segala potensi
c.       Mengarahkan Fitrah dan bakat
d.      Proses yang kontinyu

Tujuh hal penting yang perlu dicatat dalam berlangsungnya proses tarbiyah adalah sebagai berikut :
a.       Sumber Tarbiyah  :Murabiyatul haqiqi : Allah
b.      Objek Tarbiyah adalah manusia
c.       Karakteristik objek yang pertama adalah berkembang
d.      Karakteristik objek kedua adalah berproses menuju kesempurnaan
e.       Bahan Tarbiyah adalah seluruh ciptaan Allah
f.        Petunjuk/Manual Tarbiyah adalah Qur’an
g.       Sasaran Tarbiyah adalah manusia yang berguna.

Catatan ini penting karena ‘doktrin’ ini membuat Tarbiyah menjadi sesuatu yang egaliter (Karena semua adalah ‘murid’ Allah), memberi kesempatan kepada seluruh manusia untuk berkembang dan berproses menuju kesempurnaan menjadi manusia yang berguna dengan dan dari sumber yang tanpa batas (Semua Ciptaan Allah) dengan manual yang tidak mengandung personal interest (Al qur’an), Tarbiyah akan menjadi sesuatu yang dahsyat. Namun karena sifat tarbiyah yang berproses, hasil dicapai bukanlah dalam waktu sekejap bisa jadi malah lintas generasi.

Sisi-sisi penting dari tarbiyah adalah menyangkut :
  1. Sisi Insaniyah ( Kemanusiaan )
  2. Sisi Islamiyah (Kepasrahan pada Tuhan)
  3. Sisi Tahqiqi (Proses yang semakin membesar)

Dari sisi Insaniyah ada 2 hal yang harus diperhatikan yaitu secara Umum dan secara Khusus.
Secara Umum manusia mempunyai persamaan yaitu :
  1. Kesamaan Sejarah bahwa semua manusia berasal dari Nabi Adam.
Kesamaan ini juga menghasilkan filosofi keberadaan kita di bumi sebagai Hamba Allah dan juga khalifatul FilArd  untuk memakmurkan bumi
  1. Kesamaan Struktur /komponen bahwa Semua manusia terdiri dari 3 komponen yaitu  nafs (soul/jiwa), jism (body/raga) dan aql ( mind/karsa).
Untuk memperkaya komponen-komponen tersebut diperlukan tarbiyah ruhiyah untk nafs, Tarbiyah jasadiyah untuk jism dan tarbiyah fikriyah untuk aql .
Dari konsep ini Aaa gym merumuskan suatu  sasaran bagi santri Daarut Tauhid agar menjadi ahli Dzikir , ahli fikir dan akhli ikhtiar. (Keseimbangan antara soul, Body and Mind)
  1. Kesamaan Proses bahwa semua manusia dilahirkan , tumbuh dan kemudian mati serta dihidupkan kembali diYaumal Akhir.

Secara khusus manusia juga mempunyai perbedaan karena semua manusia pada dasarnya unik, tidak ada dua manusia yang persis sama.  Keunikan dari manusia yang sangat dihargai ini akan membuat manusia merasa berharga dan dihargai.

Dari sisi Islamiyah ada 3 hal yang harus diperhatikan yaitu sebagai berikut :
  1. Iman sebagai basis amal
  2. Islam sebagai aspek operasional
  3. Ihsan sebagai kualitas operasional.
Berasal dari persfektif ini Pak Ary mengembangkan konsep ESQ-nya

Dari sisi tahqiqi ada 3 tahapan yang akan dilalui yaitu :
  1. Group focus (Holaqoh) yang  mampu mengembangkan potensi diri
  2. Community (Jamaah) yang kokoh sebagai ajang pengembangan diri lanjutan.
  3. Persaudaraan  Global  (Ukhuwah Islamiyah) yang membawa islam sebagai rahmat bagi semesta.
           
            Dari sisi tahqiqi ini, Partai Keadilan Sejahtera mencoba untuk melebarkan sayapnya dari   jamaah yang semula berdakwah di bidang agama yang teoritis ke ranah politik yang lebih praktis.

            Hasil akhir (outcome)  yang diharapkan adalah terpenuhinya 10 aspek kualitas kader/peserta tarbiyah (muwashafat tarbawiyah) yaitu :
  1. salimul aqidah (bersih akidahnya)
  2. Shahihul ibadah (benar ibadahnya)
  3. Matinul khulq (bagik akhlaknya)
  4. Qawiyyul jism (kuat fisiknya)
  5. Mutsaqqal fikr (berwawasan pemikirannya)
  6. Qadirun ‘alal kasbi (mampu berekonomi)
  7. Munazhamun fi su’unihi (terorganisir segala urusannya)
  8. Harishun ‘ala waqtihi (cermat mengatur waktunya)
  9. Mujahidun fi nafsihi (kuat kesungguhan jiwanya)
  10. Naafi’un li ghairihi. (bermanfaat bagi orang lain)




3.      Pemberdayaan Masyarakat dan Tarbiyah.

Dewasa ini peran serta masyarakat semakin diharapkan dalam pembangunan. Pembangunan tidak lagi hanya bersifat top down, tapi untuk kasus-kasus tertentu  dapat bersifat bottom up.  Dalam penataan ruang, misalnya peran masyarakat dapat dilibatkan dalam ketiga tahapannya.
a.       Tahap Perencanaan, masyarakatlah yang paling memahami apa yang mereka butuhkan, dengan demikian mengarahkan pada produk rencana tata ruang yang optimal dan proporsional untuk berbagai kegiatan, sehingga terhindar dari spekulasi dan distribusi alokasi ruang yang berlebihan untuk suatu kegiatan.
b.      Tahap Pemanfaatan, masyarakat akan menjaga pendayagunaan ruang yang sesuai dengan peruntukan dan alokasi serta waktu yang direncanakan, sehingga terhindar dari konflik pemanfaatan ruang.
c.       Tahap Pengendalian, masyarakat merasa memiliki dan bertanggung jawab dalam menjaga kualitas ruang yang nyaman dan serasi serta berguna untuk kelanjutan pembangunan.

Komitmen berkenaan dengan partisipasi masyarakat dalam perencanaan harus dihasilkan dari perencanaan sosial etik, satu dasar dari profesi perencanaan. Sosial etik atau ideologi dalam perencanaan datang dari tradisi yang kuat dari komitmen sosial dan idealisme yang inherent dalam perencanaan. Dalam mendefinisikan ideologi perencanaan Foley (1960) mempertimbangkan advokasi sosial menjadi prinsip subideologis.  Berkenaan dengan hal ini diperlukan pemberdayaan masyarakat.

Dalam aplikasinya, pembangunan partisipatif seringkali diidentikan sebagai pemberdayaan masyarakat. Salah satu prinsip penting dalam pemberdayaan masyarakat  adalah adanya keharusan  untuk membiarkan  struktur-struktur dan proses-proses untuk membangun itu secara organic berasal dari komunitas itu sendiri. Hal ini sama dengan prinsip keanekaragaman dalam ekologi, sehingga segala sesuatu dilaksanakan secara berbeda pada komunitas yang berbeda-beda tergantung kepada budaya local yang dianut, ekonomi, sosial dan  faktor-faktor politik ( Ife, J.W, 1946).
            Berkenaan dengan hal  ini dapatlah kiranya Tarbiyah digunakan sebagai pemberdayaan dari masyarakat. Namun yang lebih penting sebenarnya tarbiyah harus juga menyentuh perencana  sebagai pendamping masyarakat dalam advocacy planning.

Sebagai akademisi di bidang perencanaan John Forrester menyatakan Advocacy planning secara nyata memberikan mandat atau kewenangan kepada perencana untuk mempromosikan sesuatu yang lebih dari jaminan dengan konsesi minimal yang tidak terarah atau memanipulasi partisipasi warga. Perencana harus memahami perannya sebagai profesional yang mempunyai kompetensi secara teknis dapat menjadi penengah untuk setiap perbedaan pandangan, menjadi penghubung antar kelompok yang saling berhubungan, dan melakukan negosiasi untuk melindungi berbagai kepentingan publik.

            Walaupun Tarbiyah notabene berlandaskan keimanan kepada Allah (Tauhid) sebagai landasan operasionalnya, namun Tarbiyah tidak berarti lebih cocok dengan filsapat Theosentrisme, Karena sesungguhnya Islam adalah agama pembebas dari tindakan tiran atas nama Tuhan seperti Musa yang berseberangan dengan Fir’aun.   Dengan sentuhan tarbiyah perencana akan mempunyai karakter seperti yang diminta nabi Musa Alaihi Salam dalam doanya :

“ Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku dan mudahkanlah untukku urusannku dan lepaskanlah kekaukan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku, dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku. Teguhkanlah dia dengan kekuatanku. Dan jadikan dia sekutu dalam urusanku supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau dan banyak mengingat Engkau.” (QS Thoha : 24-34)

Dari doa tersebut diharapkan perencana  mempunyai karakter sebagai berikut :
  1. Memiliki  hubungan dengan sang Pencipta
  2. Mempunyai kematangan psikologis
  3. Memiliki kompetensi keahlian sehingga mampu mengatasi masalah.
  4. Mampu berkomunikasi dengan baik
  5. Bukan single fighter, namun mempunyai mitra yang dapat dipercaya

4.      Penutup

            Walaupun terkesan kental dengan istilah-istilah agama, sebenarnya tarbiyah bisa digunakan untuk pemberdayaan masyarakat secara umum. Bukan saja masyarakat yang lemah tapi juga yang sudah berpendidikan seperti Perencana. Aspek pendidikan yang hanya membidik sisi mind (akal) bisa dilengkapi oleh tarbiyah yang juga memperhatikan aspek ruhiyah (soul) sehingga diharap bisa mengurangi moral hazard di perencanaan pada khususnya dan di bidang lain pada umumnya.
            Manusia berencana, Tuhan yang menentukan semoga tidak menjadi jargon atau pun dalih bagi para ketidakmampuan perencana. Malah justru harus menjadi landasan berpikir bagi perencana bahwa sesungguhnya tidak ada perencanaan yang dapat terlaksana tanpa izin Tuhan. Dengan hal ini semoga perencana bisa menciptakan ‘syurga di dunia’ . Sesungguhnya siapa yang mampu menciptakan syurga di dunia, dia berhak mendapat syurga akhirat. Namun sipa yang tak pernah berusaha mengejar syurga akhirat, maaf, sungguh dia tak akan mampu mewujudkan syurga di dunia. Wallahu ‘alam.
             














DAFTAR  PUSTAKA

·        Agustian, Ary Ginanjar. Wmotional Spiritual Quotient,  Penerbit Arga 2001
·        Chapra,  Umer, The Future of economics: An Islamic perspective, GIP 2001
·        Da’watuna Edisi 5/Th 01/November –Desember 2004
·        Departemen Kaderisasi , Profil Kader Partai Keadilan Sejahtera, Syamil 2004
·        Departemen Kaderisasi, Manajen tarbiyah anggota pemula, DPP Partai Keadilan 2004
·        Eade,D.1997 Capacity  Building: an Approach to people centered development, UK Oxfam GB
·        Fagure, Michaele, Citizen participation in Planning, Longman Australia Pty Ltd.
·        Friedman, J 1987, Planning in the Public Domain, 1987
·        Friedman,  J, 1992 Empowerment: the politics of alternative development. CambridgeUSABlackwell Publisher .
·        Hasjmy, A. Sejarah Kebudayaan Islam, Bulan Bintang 1995
·        Hidayatullah, Edisi 01/XVII Mei 2004
·        IfeJim  (1996). Community Development: Creating Community Alternatives-vision, Analysis and Practice. Longman Australia Pty Ltd.
·        Mohammad, Herry, Menjaga Hati, Meraih Cinta Ilahi, Penerbit Mizan 2002


Sumber : Multiply

0 komentar:

Posting Komentar

Budayakan Komentar dong masbro...
jangan cuma Baca, Copas, Ngacir... hehe

  • Digg
  • del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Yahoo! Buzz
  • Technorati
  • Facebook
  • TwitThis
  • MySpace
  • LinkedIn
  • Google
  • Reddit
  • Netvibes
Info Radio Streaming
Radio Online Untuk Web Anda
www.kunjungisaja.ah
Butuh motivasi Hidup
Cerita Tentang Kehidupan Dan Cinta
Design by Blogger Tune-UpCopyright © 2011 Online Library | Makalah | e-Book | Powered by Blogger